Jakarta (ANTARA News) - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan geologi, Bandung menilai penemuan gunung api raksasa setinggi 4.600 meter merupakan gunung api terbesar di Indonesia.
"Gunung Kerinci yang tingginya sekitar 3.800 meter dan Gunung Semeru sekitar 3.600 meter kalah dengan gunung yang baru ditemukan di perairan Bengkulu tersebut. Kalau gunung ini memang benar gunung api, maka gunung ini merupakan gunung api terbesar di Indonesia," kata Kepala PVMBG Badan Geologi, Bandung, Surono, di Jakarta, Jumat.
Lokasi gunung tersebut berada di Palung Sunda di Barat daya Sumatera, 330km dari Bengkulu, di kedalaman 5.900 meter dan puncaknya ada di kedalaman 1.280 meter dari permukaan laut serta memiliki diameter 50 km.
Menurut dia, para peneliti harus penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kepastian gunung merapi itu, seperti tingkat keaktifan magmanya, memiliki lubang pada bagian atasnya sebagai tempat untuk keluar letusan dan lainnya.
Menurut dia, bila gunung itu merupakan gunung merapi, maka sangat berbahaya bila meletus karena gunung yang berada di tengah laut itu bisa menimbulkan gelombang besar di permukaan laut, bahkan tsunami. Oleh sebab itu perlu ada perhatian serius dari pemerintah untuk mengantisipasi hal itu.
"Para peneliti juga harus melakukan pengawasan dan pemantauan mengenai kondisi gunung tersebut. Serta membuat peta rawan bencana di sekitar gunung itu, sehingga dapat mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan," ujarnya.
Surono memberikan apresiasi sebesar-besarnya kepada para peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), dan Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral CGG Veritas dan Institut de Physique Globe) Paris yang menemukan gunung api raksasa tersebut.
Ia memprediksi gunung api yang ditemukan itu sebelumnya pernah beberapa kali meletus, sehingga material-material letusannya membuat gunung itu semakin besar seperti sekarang ini.
Sebelumnya, Riset Kelautan BPPT, LIPI, Departemen ESDM dan CGGVeritas serta IPG (Institut de Physique du Globe) Paris menemukan adanya gunung api raksasa bawah laut dengan diameter mencapai 50km dan tinggi sampai 4.600 meter di 330km arah barat Kota Bengkulu.
"Gunung api ini sangat besar dan tinggi. Di daratan Indonesia tak ada gunung setinggi ini kecuali Gunung Jayawijaya di Papua," kata Direktur Pusat Teknologi Inventarisasi Sumber Daya Alam, BPPT, Yusuf Surachman kepada wartawan di Jakarta, Kamis (28/5).
Gunung ini diketahui memiliki kaldera yang menandainya sebagai gunung api, ia mengaku belum mengetahui tingkat keaktifan gunung api tersebut.
"Bagaimanapun gunung api bawah laut sangat berbahaya jika meletus," katanya.
Survei yang menggunakan kapal seismik Geowave Champion canggih milik CGGVeritas itu merupakan yang pertama di dunia karena menggunakan streamer terpanjang, 15 km, dari yang pernah dilakukan oleh kapal survei seismik.
Tujuan dari survei tersebut untuk mengetahui struktur geologi dalam (penetrasi sampai 50km), meliputi Palung Sunda, Prisma Akresi, Tinggian Busur Luar (Outer Arc High) dan Cekungan Busur Muka (Fore Arc Basin) perairan Sumatera.
Sejak kejadian gempa dan tsunami pada akhir 2004 dan gempa-gempa besar susulan lainnya, banyak perubahan struktur di kawasan perairan Sumtera yang menarik minat banyak peneliti asing.
Tim ahli dari Indonesia, AS dan Perancis kemudian bekerjasama memetakan struktur geologi dalam untuk memahami secara lebih baik sumber dan mekanisme gempa pemicu tsunami menggunakan citra seismik dalam (deep seismic image).
"Gunung Kerinci yang tingginya sekitar 3.800 meter dan Gunung Semeru sekitar 3.600 meter kalah dengan gunung yang baru ditemukan di perairan Bengkulu tersebut. Kalau gunung ini memang benar gunung api, maka gunung ini merupakan gunung api terbesar di Indonesia," kata Kepala PVMBG Badan Geologi, Bandung, Surono, di Jakarta, Jumat.
Lokasi gunung tersebut berada di Palung Sunda di Barat daya Sumatera, 330km dari Bengkulu, di kedalaman 5.900 meter dan puncaknya ada di kedalaman 1.280 meter dari permukaan laut serta memiliki diameter 50 km.
Menurut dia, para peneliti harus penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kepastian gunung merapi itu, seperti tingkat keaktifan magmanya, memiliki lubang pada bagian atasnya sebagai tempat untuk keluar letusan dan lainnya.
Menurut dia, bila gunung itu merupakan gunung merapi, maka sangat berbahaya bila meletus karena gunung yang berada di tengah laut itu bisa menimbulkan gelombang besar di permukaan laut, bahkan tsunami. Oleh sebab itu perlu ada perhatian serius dari pemerintah untuk mengantisipasi hal itu.
"Para peneliti juga harus melakukan pengawasan dan pemantauan mengenai kondisi gunung tersebut. Serta membuat peta rawan bencana di sekitar gunung itu, sehingga dapat mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan," ujarnya.
Surono memberikan apresiasi sebesar-besarnya kepada para peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), dan Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral CGG Veritas dan Institut de Physique Globe) Paris yang menemukan gunung api raksasa tersebut.
Ia memprediksi gunung api yang ditemukan itu sebelumnya pernah beberapa kali meletus, sehingga material-material letusannya membuat gunung itu semakin besar seperti sekarang ini.
Sebelumnya, Riset Kelautan BPPT, LIPI, Departemen ESDM dan CGGVeritas serta IPG (Institut de Physique du Globe) Paris menemukan adanya gunung api raksasa bawah laut dengan diameter mencapai 50km dan tinggi sampai 4.600 meter di 330km arah barat Kota Bengkulu.
"Gunung api ini sangat besar dan tinggi. Di daratan Indonesia tak ada gunung setinggi ini kecuali Gunung Jayawijaya di Papua," kata Direktur Pusat Teknologi Inventarisasi Sumber Daya Alam, BPPT, Yusuf Surachman kepada wartawan di Jakarta, Kamis (28/5).
Gunung ini diketahui memiliki kaldera yang menandainya sebagai gunung api, ia mengaku belum mengetahui tingkat keaktifan gunung api tersebut.
"Bagaimanapun gunung api bawah laut sangat berbahaya jika meletus," katanya.
Survei yang menggunakan kapal seismik Geowave Champion canggih milik CGGVeritas itu merupakan yang pertama di dunia karena menggunakan streamer terpanjang, 15 km, dari yang pernah dilakukan oleh kapal survei seismik.
Tujuan dari survei tersebut untuk mengetahui struktur geologi dalam (penetrasi sampai 50km), meliputi Palung Sunda, Prisma Akresi, Tinggian Busur Luar (Outer Arc High) dan Cekungan Busur Muka (Fore Arc Basin) perairan Sumatera.
Sejak kejadian gempa dan tsunami pada akhir 2004 dan gempa-gempa besar susulan lainnya, banyak perubahan struktur di kawasan perairan Sumtera yang menarik minat banyak peneliti asing.
Tim ahli dari Indonesia, AS dan Perancis kemudian bekerjasama memetakan struktur geologi dalam untuk memahami secara lebih baik sumber dan mekanisme gempa pemicu tsunami menggunakan citra seismik dalam (deep seismic image).